Coba Anda masukkan sebuah kerikil ke dalam gelas yang berisi air. Apa yang akan terjadi? Mungkin Anda melihat ada gejolak air di sana. Atau sebagian dari air dalam gelas tadi akan tumpah.
Sekarang coba lemparkan batu yang sama ke dalam danau. Besar kemungkinan tidak ada riak lagi yang kelihatan. Batu akan dengan cepat menghilang ke dasar danau. Bahkan jika batu yang lebih besar dijatuhkan, mungkin ada riak sebentar dan setelah itu tenang kembali.
Air di dalam gelas atau di sebuah danau ibarat hati manusia. Sedangkan batu yang dijatuhkan ibarat semua persoalan yang dihadapinya. Jika wadahnya kecil maka persoalan kecil sekalipun menjadi berat, banyak guncangan di dalamnya. Sedangkan jika wadahnya semakin luas dan dalam, maka persoalan yang berat sekalipun bisa dijalani dengan ringan.
Karena itu wahai Saudaraku, mari perluas wadah kita. Tak cukup hanya seluas danau, kalau perlu seluas samudera. Lihatlah permukaannya yang tenang meskipun di dalamnya dia menyimpan segala rahasia.
Persoalan yang kita hadapi telah ditentukan kadarnya oleh Allah Ta’ala. Tinggal wadah hati kitalah yang akan menentukan apakah persoalan tadi menjadi terasa berat atau bisa dijalani dengan ringan. Kita menjadi berprasangka buruk karena merasa persoalan selalu datang menimpa, sedangkan orang lain hidupnya tenang-tenang saja. Karenanya jangan heran jika engkau terus menerus merasa berat dengan segala persoalan, mungkin wadahnya perlu diperluas, sekaligus diperkokoh.
Jadikan hatimu seluas samudera. Apapun yang datang akan diterima dan ditenggelamkannya dengan tenang. Dengan demikian, persoalan apapun yang hadir bisa dihadapi dengan sebuah senyuman, seperti menyambut tamu yang dinantikan kedatangannya.
Dan Allah Maha Mengetahui.
Indah sekali tulisannya. ya betul, intinya lejitkan kekuatan dan potensi hati kita. “HATI SELUAS SAMUDERA”. Gimana step-step yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut….?
sgt sgt berat meniru salah satu sahabat rasul yg ibadahnya biasa saja namun mampu memaafkan seluruh org lain dlm interaksi sosialnya setiap hr, tp bukannya tidak mungkin kan…
Great article noer…
Indah sekali tulisannya. ya betul, intinya lejitkan kekuatan dan potensi hati kita. “HATI SELUAS SAMUDERAâ€. Gimana step-step yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut….?
@ RitaBenar Bu, seringkali tidak mudah membersihkan hati dari kebencian dan membuka pintu maaf seluas-luasnya kepada orang lain. Perlu perjuangan dan juga rahmat Allah.@ Rizzi, thanks bro, apa kabarnya sekarang?@ Gagus, Ini langkah versi saya: Jauhkan hati dari keinginan yang bermacam-macam, fokus pada urusan kita dan jangan sibuk mengurus urusan orang lain, kedepankan prasangka baik pada apapun yang menimpa betapapun menyakitkannya, banyak mendekatkan diri pada Allah dan memohon ampunan-Nya agar berkenan membersihkan kekelaman hati.Beberapa indikator yang bisa dirasakan adalah sesuatu yang mungkin pada awalnya terasa berat untuk dijalani, sekarang sudah lebih ringan dan merasa ada kehadiran Allah di setiap persoalan yang dihadapi. Jika Dia Maha Mengurus segala urusan kita, lantas apa lagi yang perlu dikhawatirkan? Tentunya selain dosa-dosa dan kelemahan diri kita dalam menjadi hamba yang baik.
sepertinya perlu menimba ‘ilmu’ lagi jika ingin memiliki hati seluas samudera. jadi, kapan ada kajian lagi, mas? hehehe….
Mudah-mudahan bisa segera dimulai lagi Mbak Dhanik. Saya perlu refresh sedikit termasuk persiapan untuk next session-nya seperti apa agar membawa manfaat buat peserta.
thanks Bpk Noer atas nasehat bijak ini. pasti bermanfaat…!
Kabar baik noer, kapan ya kita bisa ketemuan lg? 🙂
Hari kamis ikutan acara HPSMI (Himpunan Pengelola SDM Indonesia) di hotel Ibis Surabaya. Insya Allah temanmu ini akan jadi pembicara pada sharing "Membangun Budaya Belajar menuju Learning Organization" 🙂
wah hati sejuk waktu membacanya. lumayan untuk meringankan penderitaan.salam kenal mas
artikelnya ok,saya suka dan demikianlah hidup ini,tolong mas,kontakkan saya dgn sdri Dhanik,bye
Izin copas sebagian kata-katanya bwt menuhin blog sy, syukran.