Tahukah Anda hambatan terbesar dalam menulis? Jawabnya adalah diri Anda sendiri. Lebih tepatnya Sang Editor yang suka menghakimi apa yang Anda tulis. Editor ini senang memotong apa yang hendak Anda tulis. Dia juga membuat Anda tidak percaya diri atas karya yang dibuat padahal banyak orang lain menghargainya.
Coba tanyakan pada banyak orang kesulitan apa yang mereka hadapi ketika menulis. Jawabannya akan berkisar,
“Saya tidak bisa memilih judul yang baik.”
“Saya sudah memulai satu paragraf tapi kelihatannya tidak menarik.”
“Saya sudah menyelesaikan tulisan tapi sepertinya tidak layak untuk ditampilkan.”
Ya, editor dalam diri tersebut sangat hebat sampai-sampai dia bisa membuat seseorang berhenti menulis bahkan sebelum kalimat pertama selesai.
Lantas, adakah caranya mengatasi hambatan tersebut agar bisa menjadi penulis yang produktif? Tentu saja ada. Caranya adalah kendalikan Sang Tuan Editor sehingga untuk sementara dia tidak bisa bekerja ketika Anda menulis.
Jadi, jika nanti Anda akan membuat tulisan, bilang kepada Tuan Editor tersebut bahwa Anda akan menulis sampai selesai. Tuan Editor dilarang berkomentar dulu sebelum draft pertama diselesaikan. Mulailah menulis dan abaikan seluruh komentar yang berkecamuk dalam diri Anda. Jika judulnya kurang menarik, lupakanlah dan teruslah menulis. Judul bisa diganti belakangan. Jika ada tata bahasa yang keliru abaikanlah. Anda bisa memeriksanya nanti. Jika ada pilihan kata yang kurang menarik, jangan hiraukan. Ingat, sekali berhenti untuk memeriksa tulisan, Anda akan cenderung terus mengedit padahal tulisan baru satu paragraf. Teruslah menulis sampai selesai.
Dengan cara ini Anda bisa menuangkan seluruh isi pikiran ke dalam tulisan yang lengkap. Cara tersebut juga membantu Anda menuangkan ide-ide kreatif dengan tuntas tanpa komentar.
Tulisan tersebut mungkin masih perlu perbaikan di sana sini. Namun Anda akan gembira karena seluruh ide berhasil dituangkan. Selanjutnya, kini saatnya Anda mengajak Sang Tuan Editor untuk bekerjasama dan memoles draft tadi menjadi tulisan yang lebih baik dan menarik.
Salah satu tips yang saya pelajari dari Buku Hypnotic Writing karya Joe Vitale adalah menulis dengan mematikan layar. Jika Anda terbiasa menulis di depan komputer, matikan monitor Anda dan ketiklah apapun yang melintas di pikiran Anda. Jika Anda sedang bingung tulislah: “Saya sedang bingung mau menulis apa lagi.” Intinya karena layar gelap Anda tidak tau apa yang sudah ditulis dan juga tidak bisa mengeditnya. Ini adalah cara ampuh mengatasi Tuan Editor yang sering terlalu agresif bertindak.
Jika Anda terbiasa menulis di atas kertas sebelum memindahkannya ke dalam ketikan maka tulislah secepat-cepatnya. Jangan hiraukan huruf yang hilang, tanda baca yang keliru, atau pilihan kata yang kurang pas. Tulislah secepat mungkin sampai tangan Anda secara otomatis menuliskan apapun yang melintas di pikiran tanpa berusaha membahasnya terlebih dahulu.
Anda punya pengalaman menghadapi Sang Editor ketika menulis? Sampaikan pengalaman dan pandangan Anda di kolom komentar.
Photo Credit: dbdbrobot
Masalahnya Sang editor sering berubah wujud Mas,…kadang jadi anak, istri,.kesibukan, urusan kantor, jaga rutin,….bagaiman aya mengatasinya???
Wah kalau sang editor sampai berubah wujud saya belum punya tipsnya pak dokter 🙂
Kalau cara saya adalah dengan memiliki waktu pribadi di tengah malam ketika semua gangguan sudah pada tidur. Namun memang harus merelakan sebagian waktu istirahat.
Terima kasih untuk tulisan yang berharga ini, terus terang saya termasuk editor yang bikin mandek. Bahkan semangat menulis yang mulai ada setelah sekian lama, eh.. tidak sampai hitungan hari dah drop lagi. Suami saya menyarankan untuk saya banyak membaca tulisan orang dan mulai aktif untuk sekedar memberi komen barangkali bisa mendorong semangat saya lagi. Memang sering kali kesibukan kantor paling gampang jadi alasan.
Semangat terus mas Noer,… terima kasih untuk tulisan-tulisannya. Moga-moga saya kecipratan semangatnya.
Sedikit nimbrung ya Mas Noer;
Hambatan utama ketika menulis adalah “comments sang editor” bahwa isinya “kurang lengkap” dan “kurang pas”. Di samping itu hambatan yang saya rasakan adalah kurang pahamnya sebagian materi yang menjadi rangkaian ulasan yang akan ditampilkan. Hal ini membutuhkan waktu untuk kembali memburu materi, daa……an akhirnya terlindas oleh pekerjaan lainnya.
Pengalaman lain, adalah perlunya kita menetapkan “hari H” dari produk kita. Batasan hari/tanggal ini memotivasi kita untuk mengalahkan “sang editor” dan “rela” mengatakan produk kita “final”.
Editor kadangkala menginginkan segalanya sempurna dan yakinlah kita tidak akan pernah mencapai kesempurnaan. Lakukan yang terbaik dan “just hit the publish button”.
Kita punya banyak waktu untuk memperbaiki dan menyempurnakan tulisan yang sudah kita buat.
Permasalahan ketika dalam menulis banyak ide yang ada tetaoi tidak sesuai dengan tema yang akan kita jadikan pokok bahasan. saya ingin bisa menulis tetapi ide, dan perasaan tidak bisa adalah musuh terbesar saya. mohon saran anda. terima kasih
Rahisa, silakan bisa dicek tulisan saya lainnya tentang mencari ide.
https://www.muhammadnoer.com/2009/08/mencari-ide-untuk-menulis/
dan di sini:
https://www.muhammadnoer.com/2010/01/apakah-anda-memiliki-kebun-ide/
betul juga ya p Nur. Saya susah sekali menulis, rasanya koq ga bisa. berarti memang editor saya sok pinter ya. saya coba dulu sarannya ya. Thx p Nur.
wah, boleh juga tuh idenya 😀 matikan monitor!
memang kadang (bahkan sering), ketika sudah nulis beberapa kalimat sang editor tiba-tiba datang mencela tulisan bertubi-tubi. dan ide-ide yang ada di kepala tiba-tiba hilang! (doh) klo udah gitu, ‘save as draft’ dan dilanjut kapan-kapan sampai ide datang lagi.
makasih bang atas infonya…..semoga dalam kebahagiaan selalu…semoga sukses dgn segala cita cita
duh betul banget tuh mas nur…saya sangat senang membaca dan membiasakan menulis, tapi…seringkali menjadi editor yang kejam…seakan tulisan tidak menarik dan akhirnya mesti ga selesai…..memang kuncinya DIRI KITA SENDIRI…makasih semoga saya pun terbiasa menuntaskan tulisan dan mengirimkannya ke media atau mudah dinikmati orang..
Tipsnya sangat berguna buat saya yang lagi belajar cara menuangkan ide lewat menulis
nice post…
terkadang ide muncul tiba2, nmun ktika pgang buku dan hendak ditulis mata terasa silau dan ide-ide tu hilang entah k mna.
Mister Noer, saya baru saja membaca tulisan Anda. Lalu setelah saya pikir-pikir dan rasa-rasa, sepertinya saya harus mencoba saran-saranmu ini. Karena memang seperti itulah masalah yang sedang saya hadapi saat ini. Sebelum membaca tulisan ini, saya seringkali dibingungkan oleh si Editor Jancuk yang ada dalam otak saya itu. Dia senang sekali menghadang ide-ide yang ingin saya luapkan ke dalam tulisan. Akibatnya, ketika saya ingin menuliskan sesuatu, saya hanya merasakan mual tanpa bisa memuntahkannya. Ini sangat menyedihkan sampai-sampai saya merasa ingin “bunuh diri” saja. Dan tulisan Anda ini benar-benar telah menolong saya. Mungkin inilah racun yang tepat untuk membius si Editor Jancuk itu agar ia tidak lagi seenaknya mengaborsi anak-anak pikiran saya. Terima kasih banyak, Mister. Salam hangat untukmu (dari seorang pemuda yang hampir saja “bunuh diri” gara-gara ulah si Editor Sialan itu, hahahaha) Sekali lagi, terimakasih atas pertolongannya. Semoga Tuhan memberkatimu. 🙂
P.S.: Oya, sebenarnya saya tidak pernah sekali pun mengomentari artikel-artikel di internet yang (pernah) saya baca sebelumnya. Padahal telah bertahun-tahun dan hampir setiap hari saya berselancar di internet. Tetapi, jujur, inilah kali pertama saya meninggalkan jejak atau komentar pada sebuah situs/blog, ha-ha-ha-ha… Ini sangat mengesankan!
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar Mas Iwank.
Semoga artikel ini memberi Anda inspirasi dan memperkuat semangat menulis.
salam,
Muhammad Noer