Update Artikel
Artikel ini saya tulis pertama kali tahun 2010. Sembilan tahun kemudian di tahun 2019 saya membuat versi video-nya.
Anda juga bisa mendownload Presentasi PowerPoint tentang tulisan ini.
Silakan simak ringkasan video yang mengulas ringkasan komprehensif buku 7 Habits of Highly Effective People yang ditulis oleh Stephen R. Covey. Semoga bermanfaat untuk menjadikan kita semua manusia yang lebih baik dan efektif.
Sepanjang ingatan saya, buku The Seven Habits of Highly Effective People adalah buku self-help – pengembangan diri yang pertama saya baca. Saya menemukan buku ini pertama kali di perpustakaan daerah Sumatera Utara, tepatnya di Medan, kota kelahiran saya.
Waktu itu saya masih duduk di bangku SMU kelas 1 atau kelas 2, dan buku ini membawa perubahan yang banyak buat saya.
Buku ini sudah saya ulang sedikitnya 7 kali baik versi bahasa Indonesia maupun Inggris. Dan apa-apa yang diajarkan dalam buku tersebut menurut saya masih terus relevan sampai sekarang.
Adapun kebiasaan yang saya lakukan setiap kali selesai membaca buku adalah mempraktekkannya. Melakukan apa-apa yang kita baca akan membuat kita memahami esensi dari bacaan tersebut sekaligus mendapatkan pemahaman tertinggi ketimbang hanya menyimpannya dalam kepala. Berikut adalah tiga kebiasaan pertama dari tujuh kebiasaan manusia efektif itu:
1. Be Proactive – Menjadi Manusia Proaktif
Menarik apa yang disampaikan Covey pada bagian ini. Setiap kita diberi 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Ada berbagai aktivitas yang kita lakukan sehari-hari mulai dari bekerja, belajar, bermain bersama anak, dan aktivitas lainnya. Salah satu ciri orang yang tidak produktif adalah ketika mengerjakan sesuatu, pikirannya ada di tempat lain. Ketika dia sedang bekerja di kantor, sebenarnya dia ingin santai dan bermain bersama anak-anak. Dan di saat dia rekreasi bersama keluarga, pikirannya malah disibukkan oleh pekerjaan kantor.
Orang yang seperti ini akan kesulitan menikmati apa yang sedang dia kerjakan. Setiap aktivitas “terpaksa” dilakukan dan menjadi kewajiban yang tidak bisa dia hindari. Adapun kebiasaan proaktif yang diajarkan Covey adalah bagaimana kita bisa secara aktif dan secara sadar melakukan apa yang ingin dan perlu kita lakukan. Ketika kita mengerjakan sesuatu, kita memang telah memilih untuk mengerjakannya dan fokus pada hal itu. Ketika kita berpindah ke hal yang lain, kita pun melakukannya dengan sepenuh hati. Dengan cara ini, kita melakukan tindakan produktif pertama, yakni secara proaktif menjalani kehidupan dengan sepenuh hati.
2. Begin With The End In Mind – Mulailah Segala Sesuatu Dari Tujuan Akhirnya
Setiap pekerjaan yang kita lakukan harus memiliki visi. Visi inilah yang memberi gambaran dan arahan bagaimana tujuan akhir akan dicapai. Dengan adanya visi kita akan bersemangat, fokus sekaligus melakukan tindakan-tindakan bertahap yang diperlukan agar visi terwujud. Mirip dengan seorang insinyur. Sebelum dia membangun rumah, maka sang insinyur akan membuat gambar tekniknya. Dia sudah tahu bentuk atap seperti apa, letak kamar utama di mana, dan berapa banyak fondasi yang diperlukan untuk mendirikan rumah tersebut. Rumah tersebut sudah tercipta dalam visi sebelum diwujudkan dalam bentuk fisiknya.
Dengan memulai sesuatu dari tujuan akhirnya, maka kita akan terhindar dari menyia-nyiakan waktu untuk sesuatu yang dalam jangka panjang atau bentuk akhir yang tidak bermanfaat. Kita akan mempertanyakan segala sesuatu yang kita lakukan, “sebenarnya saya mengerjakan hal ini untuk apa?”, Untuk siapakah saya mengerjakannya?
3. Put First Things First – Dahulukan Yang Utama
Dalam hidup selalu ada hal penting dan hal kurang penting atau bahkan tidak penting sama sekali. Secara sederhana, kita bisa membagi aktivitas untuk menentukan mana yang penting mana yang tidak, mana yang urgent atau mendesak dan mana yang tidak. Seringkali orang tercampur dan tidak bisa membedakan antara sesuatu yang penting dan sesuatu yang mendesak. Sebagai contoh, mengangkat telepon yang sedang berdering adalah hal yang mendesak, tapi belum tentu penting. Mendesak karena setelah beberapa kali berdering, telepon akan kembali diam dan kesempatannya mengangkatnya menjadi hilang. Sementara penting atau tidaknya baru bisa diketahui belakangan.
Covey mengajarkan kita untuk membuat kuadrant 2 x 2 yang menggambarkan mana yang penting dan tidak penting serta mana yang mendesak dan tidak mendesak. Hal yang penting sekaligus mendesak adalah tugas-tugas utama yang harus menjadi prioritas. Berikutnya hal yang penting namun kurang mendesak.
Mengapa hal yang penting harus didahulukan? Karena mengikut prinsip Pareto 80/20, bisa jadi hal yang penting hanya akan menghabiskan 20% waktu mengerjakannya namun memberi dampak 80%. Sementara sisanya hal-hal yang tidak penting akan menghabiskan 80% waktu kita dengan hasil cuma 20%.
Demikian tiga kebiasaan manusia efektif yang pertama dalam tulisan ini. Dalam tulisan berikutnya saya akan menjelaskan 4 kebiasaan lainnya.
Bagaimana dengan Anda?
Sudahkan melakukan tindakan yang menjadikan hidup lebih efektif, produktif dan bermakna?
Silakan tinggalkan komentar Anda.
Wah, kita sehati deh mas hehehe. Beberapa hari lalu saya juga membuka peta pikiran saya ttg buku yang saya baca bertahun-tahun lalu ini dan petanya saya post di Blog. Berubah menjadi proaktif berarti merupah mindset dan tindakan, memang butuh perjuangan . Kadang2 menyesal juga krn gagal mendahulukan yg utama dan tidak fokus terhadap tujuan. Oke, Gutlak!
betul sekali mas, sy pun pernah membaca buku ini dan menjadi acuan dalam pekerjaan saya sebagai tenaga perencana juga dalam implementasi kehidupan saya sehari-hari.
Waah, bagus mas, banyak orang yang berlaku seperti itu tidak bisa menikmati apa yang dia perbuat dan ia tidak menyadari apa makna hidup yang sebenarnya. bagaimana memenfaatkan kehidupan ini, bagaimana mengubah pola pikir. Mudah-mudah Mas Nur terus membagikan kiat-kiat yang lebih dan lebih lagi dan bukunya bagusekali….
Saya tertarik pada poin ke dua Begin With The End In Mind
.trimakasih tambahan ilmunya paK’
ini adalah tulisan yang bagus
tidak ada ilmu yang tidak penting setidaknya kalau tidak sekarang suatu saat pasti merasakan dan memerlukannya
terus berkarya dan berbagi ilmu
Mas…bagian ke-2 nya saya tunggu ya..sangat membantu sekali..regard 🙂
Terima kasih pengetahuan yang sangat berharga. Mungkin ada informasi tambahan yang bisa diberikan lagi, yaitu bagaimana untuk menghadapi kondisi lingkungan yang tidak kondusif dan pola yang sangat berbeda dalam penerapan hal-hal yang disampaikan tersebut ?
@ Eni,
Lingkungan ada kalanya sesuai dengan keinginan kita dan ada kalanya tidak.
Sikap proaktif mengajarkan kita untuk secara sadar memilih tindakan. Bisa jadi kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama berat. Setelah mempertimbangkan dan memutuskan melakukan salah satu, maka jalanilah dengan penuh kesadaran tanpa harus terus memikirkan bahwa kita harus melakukan hal lain yang tidak dipilih.
Askum , yang ke-3 memang seperti itu, tapi kadang sulit melaksanakannya
Terima kasih untuk komentar rekan-rekan semua. Dalam buku 7 Habits, tiga kebiasaan yang pertama ini disebut sebagai Private victory. Selanjutnya ada lagi yang dinamakan Public Victory. Insya Allah akan dibahas dalam posting Minggu depan.
Luar biasa, sangat membantu dan membangun sekali,.
terima kasih. jangan pernah berhenti mas,. alirkan karya – karya anda, mudah2an dapat menjadi inspirasi dan motivasi khsusnya pada diri pribadi,
saya mau tanya untuk yang pertama,. bagaimana untuk menyikapinya seandainya konsentrasi kita pecah oleh aktivitas lain saat aktivitas penting