Secara tidak sengaja saya menemukan sebuah tulisan yang bagus dari blog Productive Flourishing. Tulisan tersebut berjudul Idea Garden.
Secara sederhana – Charlie – sang penulis menjelaskan bagaimana membuat ide Anda terpelihara dan mendapatkan perawatan yang cukup layaknya tanaman dalam sebuah kebun. Bibit-bibit ide ini dikumpulkan dengan rapi, disusun, dibersihkan, dikembangkan sehingga pada saatnya siap untuk dipanen.
Salah satu tahap yang sering dilupakan banyak orang adalah mencatat ide mereka sendiri. Akibatnya kita merasa pernah memiliki banyak ide untuk menulis sesuatu, mengerjakan sesuatu, namun seiring berjalannya waktu semua itu hilang entah kemana.
Konsep dari kebun ide ini adalah mengumpulkannya dalam satu tempat. Membiarkan terlebih dahulu ide yang belum matang sampai ide tersebut berkembang, dan memanfaatkannya ketika tiba saatnya ide tersebut akan dilaksanakan.
Saya pribadi menggunakan sebuah file Microsoft Word sederhana untuk mengumpulkan seluruh ide saya. Tiap kali saya terpikir tentang judul sebuah tulisan, kutipan ucapan seorang tokoh, lintasan pikiran yang muncul setelah membaca sesuatu, inspirasi yang tiba-tiba datang, maka saya akan menuliskannya ke dalam kebun ide tersebut. Dengan demikian relatif saya tidak pernah kekurangan ide dalam menulis. Setiap kali saatnya menulis posting baru, saya tinggal melihat ke kebun ide tadi dan menentukan ide mana yang siap untuk dipanen. Ide yang sudah dituangkan ke dalam sebuah tulisan baik draft atau sudah selesai akan diberi warna biru sedangkan ide yang menunggu saat yang tepat untuk ditulis diberi warna hitam.
Tahukah Anda, ide dalam pikiran kita sedemikian banyaknya dan melompat-lompat ke sana ke mari layaknya seekor monyet yang bergelantungan. Jika Anda ingin menjadi orang yang lebih produktif dan memaksimalkan ide-ide yang Anda punya, maka mulailah menyiapkan kebun untuk ide tersebut, menyemainya dan suatu saat ia akan berbunga.
Sudahkah Anda memiliki kebun ide sendiri?
Silakan berbagi dan sampaikan pandangan Anda.
Photo Credit: Randy Son of Robert under Creative Common License
@ Ledi, makanya harus ditulis Pak, biar nanti jadi makalah 🙂 he.. he..@ Joko, Itu juga cara yang tepat Pak. Memang masing-masing orang akan punya pendekatan sendiri yang khas. Untuk ide yang tiba-tiba langsung matang saya pun melakukan demikian.
Alhamdulilah, matur nuwun sanget untuk catatannya, kak.Trus, apa bedanya dengan buku harian (diary), kak?
kebun idenya pernah ada. Gak ditulis-tulis. 🙂
Kalau saya biasanya begitu ada letikkan ide langsung menulis, tidak pernah menunda2 lagi atau mengumpulkannya dulu dalam catatan.
trimakasih, mas Noer
Salam super-
salam hangat dari pulau Bali-
mantab mas,,,
langsung saya bookmark blog Anda…
saya bisa banyak dapat ilmu disini….
Makasih mas Nur, dan memang sebenarnya mestilah seperti itu ya 'rajin mencatat' apa pun yang sudah, sedang dan akan dikerjakan, baik yang besar maupun yang kecil karena bisa digunakan sebagai pegangan dan pedoman. Karena Allaah Swt. telah mengajarkan hamba-Nya, seperti tertulis dalam ayat:"Dan segala sesuatu yang telah mereka lakukan tercatat dalam buku-buku catatan. Dan segala (sesuatu) yang kecil maupun yang besar (semuanya) telah tertulis." [QS.54: 5-53]. Dan di dalam ayat yang lain Allaah berfirman: "…Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah mereka kerjakan." [QS.45: 29]
iya semestinya memang ditulis ya… supaya tdk lupa 🙂 makasih mas Noer
Kebun ideku datang tanpa diundang, pergi tanpa bisa dicegah. I think we're kind a different type of writer, Mas.
@ Zulhaq, Pirta, terima kasih juga atas komentarnya. Untuk buku diari tentunya lebih kepada cerita tentang diri kita.@ Mbak Hesti, Mbak Rina, dalam pengalaman saya, kebiasaan mencatat sangat berguna Mbak. Perlu dibudayakan.@ Nurul, mirip jelangkung dong say :)Konsep mengumpulkan ide ini kebiasaan para penemu yang selalu mengumpulkan ide mereka sekecil apapun. Pada akhirnya dari ide-ide kecil tersebut berkembang menjadi ide besar dan penemuan berharga buat umat manusia.
HAHAHA…tumben bisa ngedagel, Mas. Biasanya seriooouuuss…
Salam Mas Noer,
Saya sedang belajar nih ternak ide 😀
Kalau saya, karena gandrung dengan gadgets, jadinya yang memanfaatkan gadgets. Dan karena cenderung gadgets tidak selalu tetap setiap tahunnya, jadi musti memanfaatkan format standar. Dulu zamannya PDA, pakai formatnya Palm (PDB), buat notes dll. Pindah PPC, buat word, pindah palm lagi buat lagi.
Sekarang, tambah ribet lagi karena platform tambah banyak: BB, Android, iPhone, dll. Tapi nampaknya idenya sama: online cloud. Jadinya, saya coba manfaatkan layanan gmail saja 😀
Sederhana, pakai email, create filter. Punya ide, kirim ke email sendiri dengan tag khusus. Cuma kalau pas tidak ada koneksi internet, itu jadi problem tersendiri 😀
Sama kayak pakai Word, kalau pas tidak bawa gadgets/pc/laptop, gak bisa akses juga :))
Kebayang balik ke cara konvensional sih: bawa buku kecil kemana2, tapi nanti dikira tukang kredit lagi ya =))
Makasih inspirasinya, Mas! Sangat mencerahkan!
Salam Mas Yosep,
Kadangkala teknologi tidak selalu membuat mudah, malah jadi rumit, he.. he..
Pemikiran saya sederhana, gunakan cara di mana ide kita paling sering muncul dan paling mudah kita akses ketika akan menulis.
Karena saya sering mengumpulkan ide ketika duduk di depan komputer sebelum bekerja, dan kumpulan ide tersebut saya akses waktu mau memulai menulis, maka file Word paling praktis dan cepat.
Namun kalau lagi jalan terus ketemu ide, biasanya saya potret dan saya buat notes. Nanti setelah ketemu komputer saya kumpulkan lagi dalam satu tempat.
Selamat beternak ide, nanti kalau sudah banyak piaraannya boleh dibagi ke sini 🙂
Wouw, wonderful insight mas Noer, ya banyak ide tapi tidak di catat, shg ketika butuh hal-hal baru yg ingin dikerjakan atau di kembangkan, stag. Terima kasih artikel inspiratifnya.
@ Glorius
Semoga artikel ini berguna ya. Mencatat ide sangat penting jika kita ingin aktif menulis ataupun mengembangkan ide-ide kita ke dalam berbagai bentuk implementasi. Tanpa dicatat seringkali ide hilang. Atau kalaupun tidak hilang, kita tidak lagi bersemangat melakukannya.
Selamat mencoba
Oh rupanya ini yang membuat mas tetap aktif mengembangkan diri. He.. he saya pernah nulis-nulis ide,… tapi trus gak keurus kebunnya, malah kemudian hilang. Ok, trims inspirasinya… barangkali saya bisa coba lagi untuk berkebun ide…. mudah-mudahan ada hasil dari kebunnya.
Saya pernah lakukan kebun ide disimpan di Laptop setiap ide-ide yang muncul, celakanya komputer kena virus habis semua dokumen itu, dan pernah juga disimpan di my document, Laptop ada masalah, di install ulang oleh putra saya, tanpa pamit ke saya, file my document tidak dipindahkan dulu, yah, habis semua file kebun ide, nangis tua jadinya, mas nur, he he. Itu sekedar pengalaman kebun ideku, sampai sekarang terus dilanjutkan dengan siasat ada back up datanya, ok
Wah sayang sekali ya Pak Hamrin. Saya pun pernah mengalami hal yang mirip tapi Alhamdulillah sebagian besar bisa terselamatkan. Saran saya biasakan membuat backup Pak terutama dokumen-dokumen yang kita nilai sangat berharga. Salah satu solusi murah dan gratis bisa pakai Dropbox.