Beberapa waktu yang lalu, saya diminta menjadi salah satu pembicara pada sebuah seminar yang diselenggarakan Universitas Kristen Petra Surabaya bertajuk “Entering Multinational Company”. Hadir sebagai pembicara lainnya adalah Executive HR dari Shangri-La Hotel mewakili industri jasa. Saya sendiri mewakili Unilever dari industri manufaktur.
Awalnya saya sudah menyiapkan presentasi seperti yang diminta panitia. Namun karena pembicara lain tidak siap dengan materi yang sama, format acara diubah menjadi talk show. Dan bagi saya ternyata cukup berbeda antara memberikan presentasi langsung dengan mengulas pertanyaan dalam sebuah talk show.
Berikut adalah beberapa petikan dari pertanyaan yang diajukan pembawa acara dan jawaban yang saya berikan maupun pembicara lainnya. Jawaban ini difokuskan untuk memberikan gambaran bagi mahasiswa tentang dunia kerja, lebih khusus di perusahaan multinasional.
Bagaimana budaya kerja di perusahaan multinasional?
Perusahaan multinasional biasanya memiliki nilai dan budaya tersendiri yang berkembang sejak awal perusahaan didirikan. Nilai tersebut menjadi dasar bagi karyawan untuk berprilaku. Dalam kasus Unilever, ada sebuah nilai dasar yang disebut Kode Etik Berbisnis. Karyawan dalam setiap level wajib memenuhi kode etik tersebut dan berlaku untuk seluruh negara di dunia. Budaya lainnya adalah bagaimana perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, bersaing secara sehat dengan kompetitor, budaya kerja untuk selalu berprestasi dan memberikan hasil kerja terbaik.
Peluang apa saja yang diberikan perusahaan multinasional?
Karena perusahaan multinasional beroperasi di banyak negara, maka kesempatan dan peluang untuk berinteraksi dengan partner dari negara berbeda sangat tinggi. Termasuk di dalamnya peluang untuk ditempatkan di negara lain. Jika berbicara tentang perusahaan multinasional, maka seorang karyawan harus melihat karirnya secara global. Jadi, tidak hanya siap menjadi karyawan di negeri sendiri, melainkan harus mau dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya termasuk jika ditugaskan untuk ekspatriasi ke negara lain. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan karena harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya yang berbeda-beda.
Bagaimana cara kerja perusahaan multinasional?
Dalam bekerja, kita harus bisa memadukan antara panduan dari level Global dan Regional dengan kebutuhan negara setempat. Di satu sisi sudah ada rambu-rambu yang harus dipatuhi tapi di sisi lain sisi kreativitas untuk eksekusi di pasar masing-masing tetap terbuka. Dalam perusahaan multinasional, tidak jarang kita harus bekerja sama dengan rekan-rekan kerja dari negara lain, secara aktif berdiskusi lewat teknologi yang ada seperti teleconference, live-meeting, web-cast, telepresence dan teknologi lainnya. Dengan cara ini teknologi sangat membantu orang-orang dari berbagai negara dapat berdiskusi dari tempat yang terpisah antar benua. Hal yang kadang sedikit mengganggu adalah zona waktu yang berbeda sangat jauh sehingga di satu negara bisa terjadi kondisi masih sangat pagi sedangkan di negara lain sudah sangat larut.
Bekerja di perusahaan multinasional juga berarti akan dimonitor target kerja dan pencapaian sesuai bidangnya. Untuk itu dibutuhkan kualitas seorang karyawan yang secara pribadi mampu menjalankan target yang diberikan dan di sisi lain memiliki kemampuan menangani berbagai rintangan yang ada dan mengubah tantangan menjadi peluang.
Apa kelebihan dan kelemahan orang Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain?
Orang Indonesia sebenarnya juga pekerja keras dan memiliki kemampuan yang baik dan mampu bersaing. Untuk perusahaan seperti Unilever misalnya, Unilever Indonesia termasuk yang diperhitungkan secara global. Cukup banyak talenta asal Indonesia yang dipercaya mengisi jabatan di level Regional maupun Global. Ini membuktikan bahwa bangsa kita tidak kalah dari negara lain.
Adapun kelemahannya, secara umum orang Indonesia cenderung bersikap low profile dan tidak terlalu ingin menampilkan diri. Di satu sisi, hal ini adalah sebuah kelebihan di mana bangsa kita memang tidak suka menonjolkan diri, tapi di sisi lain hal ini membuat kemampuan terbaik yang dimiliki tidak bisa dilihat oleh partner kerja dari negara lain. Padahal orang Indonesia juga banyak yang pintar dan hebat tidak kalah dengan tenaga asing baik dalam hal kemampuan teknis maupun dalam merancang dan menjalankan strategi. Untuk negara Asia, India masih cukup mendominasi dengan budaya bersaingnya yang kuat. Mereka juga terkenal gigih dalam mempertahankan pendapat sehingga secara relatif terlihat lebih unggul dan menonjol.
Bagaimana standar gaji yang diberikan?
Masing-masing perusahaan memiliki standar gaji tersendiri. Untuk perusahaan yang sudah mapan biasanya secara rutin melakukan survey gaji dengan membandingkan perusahaan sejenis maupun industri yang berbeda. Lewat survey ini perusahaan akan menentukan kebijakan gaji yang diambil apakah rata-rata pasar, di atas pasar atau jauh di atas pasar. Untuk perusahaan multinasional secara relatif cenderung di atas pasar lokal. Dan masing-masing industri juga memiliki strategi penggajian tersendiri terkait ciri khas dan tantangan yang berbeda-beda.
Selain gaji, benefit apa yang ditawarkan perusahaan?
Dalam konsep balas jasa atau dikenal dengan istilah remunerasi, ada yang berbentuk cash dan non cash. Remunerasi berbentuk cash adalah gaji dan segala sesuatu yang memiliki nilai uang. Sedangkan remunerasi non cash adalah bentuk balas jasa non uang. Diantaranya adalah reputasi perusahaan, budaya kerja yang mendukung, serta kesempatan untuk berkarir yang lebih luas.
Sebuah perusahaan multinasional biasanya sudah memiliki paket remunerasi yang terstruktur dan menjadi daya tarik bagi calon karyawan yang mau masuk maupun mempertahankan karyawan yang sudah ada di dalam organisasi.
Apa persyaratan agar diterima di perusahaan multinasional?
Persyaratan umum sebenarnya sama dengan perusahaan lainnya yakni kemampuan teknis sesuai bidangnya maupun kompetensi pendukung yang dimiliki dari seorang calon karyawan. Bedanya, perusahaan multinasional juga akan melihat kompetensi non teknis sebagai bagian penting dalam proses perekrutan karena akan menentukan apakah seseorang akan sesuai di organisasi tersebut dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Terkait penguasaan bahasa asing, pada perusahaan multinasional akan menjadi nilai tambah dan hampir menjadi sesuatu yang wajib meskipun nantinya keahlian berbahasa bisa terus diasah ketika sudah bekerja.
Bagaimana proses seleksi yang dilakukan?
Pada beberapa perusahaan multinasional, proses rekrutmen sudah tidak lagi melihat batas-batas negara. Seorang yang direkrut dari Indonesia misalnya, harus siap untuk bekerja di negara mana saja yang membutuhkan. Karenanya konsep rekrutmen yang dilakukan didasarkan pada Region atau Geografis tertentu misal Asia Tenggara dan Australia, Asia Selatan, Eropa Barat, Eropa Timur, Amerika dan seterusnya.
Proses seleksi tentu saja relatif lebih ketat dan persaingan antar kandidat juga cukup berat. Hal bisa dimaklumi karena yang mendaftar juga merupakan orang-orang terbaik dari berbagai perguruan tinggi bergengsi dalam dan luar negeri. Walaupun demikian, lulusan Indonesia memiliki kualitas yang baik dan tak jarang memenangkan persaingan dibandingkan kandidat yang pernah kuliah di luar negeri. Salah satu proses seleksi yang ada adalah Focus Group Discussion di mana para kandidat diberi sebuah persoalan dan diminta untuk menyelesaikan dengan interaksi antar individu dalam sebuah grup. Dalam diskusi ini akan terlihat kualitas seseorang mulai dari kemampuan memimpin, mengemukakan pendapat, menganalisa persoalan, menarik kesimpulan dan berbagai kualitas lainnya.
Apa saja yang harus dipersiapkan oleh seorang mahasiswa agar siap melamar di perusahaan multinasional?
Pertama tentu saja harus menguasai bidang ilmu yang dipelajari dengan baik. Jika kuliah di Teknik Mesin, kuasailah bidang tersebut dengan baik. Jika kuliah di Ekonomi, kuasai pula bidang tersebut dengan baik. Selain pengetahuan yang sesuai dengan jurusan yang dijalani, seorang mahasiswa harus memanfaatkan waktu untuk belajar hal-hal lain seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan sebuah ide atau pendapat, menganalisa sebuah permasalahan, menggunakan common sense untuk mengatasi persoalan, memiliki energi dan komitmen yang kuat dalam bekerja, serta memiliki kedewasaan yang matang secara pribadi, kemampuan berorganisasi baik memimpin maupun dipimpin. Jika kualitas diri seperti itu dimiliki dan secara fungsional bidang yang dipelajari juga dikuasai dengan baik, maka akan banyak perusahaan yang mencari.
Persyaratan nilai atau IPK adalah sebagai batu loncatan awal. Jika nilai minimum telah terpenuhi, persaingan selanjutnya adalah kualitas diri yang mendukung untuk dapat bekerja dengan baik, konsisten dan berprestasi. Tidak jarang mahasiswa dengan IPK sangat tinggi 3,5 ke atas tidak cocok di dunia kerja karena kurang bisa bekerjasama atau kesulitan menyampaikan pendapatnya meskipun sebenarnya memiliki ide brilian karena dia sangat cerdas.
Mengutip buku Daniel Goleman berjudul Emotional Intelligence, disebutkan bahwa IQ ternyata tidak berkorelasi dengan kesuksesan di tempat kerja. IQ dan kemampuan akademis biasanya diperlukan sebagai persyaratan minimal agar bisa mengerjakan suatu pekerjaan. Kemampuan yang nantinya lebih berperan adalah EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional di mana seseorang mengenal dirinya baik kelebihan dan kekurangan, mampu memahami orang lain dan bekerja secara sinergi sekaligus memiliki kecerdasan sosial baik ketika memimpin orang, mempengaruhi orang lain sampai memotivasi orang lain untuk sebuah pencapaian. Terkait hal ini akan saya bahas lebih mendalam dalam posting lainnya.
Begitulah gambaran perusahaan multinasional berdasarkan pengalaman saya bekerja setidaknya 5 tahun terakhir. Apakah Anda punya pengalaman lain dalam bekerja baik di perusahaan multinasional maupun lokal? Silakan sampaikan pendapat Anda.
Catatan:
Gambar diambil dari Microsoft Office Online free picture and clipart
thanx ya atas info nya..
saya masih kuliah semester 6, terkadang terbersit keinginan untuk bekerja di perusahaan global dan multinasional.
walau orang tua kadang lebih suka anak2nya bekerja di instansi pemerintah saja..
(hiks..)
@ Atika
Bekerja di mana saja asalkan kita selalu mengedepankan profesionalisme dan kesungguhan Insya Allah akan bermanfaat buat banyak orang.
bagus ne infonya ..
mas nur, bisa minta tolong? saya mahasiswi semester 6 yang diberi tugas untuk membuat company profile perusahan internasional di indonesia dan mendeskripsikan berdasarkan budaya organisasidari hofstede. dan saya tertarik dgn unilever.
bisa bantu tugas akhir saya?trimakasiiih
Untuk profile lengkap dan budaya kerja Unilever dapat dilihat dan didownload di websitenya http://www.unilever.co.id
dear Mas Noer,
mas, saya mau tanya..bagaimana cara bergabung dengan ULI?..
maksud saya, ada berapa jalur untuk dapat join dg ULI?..
saya sangat tertarik bergabung dengan ULI,
saya sudah banyak mempelajari ULI..
pengalaman mas Noer sendiri, bagaimana dlu bisa join di HR ULI?
mohon pencerahan
dan sharingnya mas Noer..
terimakasih…^^,
VINA untuk masuk ULI sebagai trainee ada dua jalur:
1. UFLP (Unilever Future Leader Program)
Ini adalah pengembangan lebih lanjut dari program trainee yang ada. Silakan cek di website resmi unilever.co.id untuk tanggal pendaftaran dan waktunya. Tingkat persaingan di sini sangat tinggi.
2. Direct Appointee
Calon karyawan langsung ditempatkan di departemen tertentu yang membutuhkan dan diharapkan bisa langsung memberikan kontribusinya sesuai bidang yang dikuasai.
Saya sendiri bergabung sebagai trainee HR dan memulai di Corporate Learning.
informasi yang sangat membantu bgt..
saat ini saya semester 5 di bangku kuliah..
saya ingin sekali masuk perusahaan multinasional ..
dari informasinya , perusahaan multinasional dapat membantu mengembangkan diri yaa..
wah harus persiapin diri nihh untuk masuk perusahaan multinasional ..
Pak Muhammad Nur,
Kira-kira berapakah gaji manajer akuntansi di MNC? Jelas-jelas bukan fresh graduate.
selamat siang mas noer,
saya ingin tanya, bagaimana prospek untuk trainee yang masuk lewat direct apointee?saya belum berhasil lolos UFLP dan masih penasaran untuk bisa berkarir di ULI.
Terimakasih.